Warga komplain beli Pertalite pakai aplikasi: ganggu!
PT Pertamina akan melakukan uji coba penjualan pertalite dan bahan bakar minyak solar (BBM) menggunakan aplikasi digital, MyPertamina, mulai 1 Juli 2022.
Artinya mulai bulan depan, setiap pelanggan yang menginginkan untuk membeli pertalite dan solar harus memiliki akun di aplikasi MyPertamina atau mendaftar di https://subsiditepat.mypertamina.id/.
Uji coba akan dilakukan di beberapa kota/kabupaten yang tersebar di lima provinsi termasuk Sumatera Barat , Kalsel, Sulut, Jabar, dan DI Yogyakarta.
Kebijakan ini harus dilakukan agar pendistribusian BBM bersubsidi tepat sasaran. Pasalnya, data aplikasi akan menunjukkan apakah pembeli memenuhi syarat untuk mendapatkan BBM bersubsidi atau tidak.
Namun, kebijakan baru ini dirasa merepotkan oleh beberapa orang yang berbicara dengan CNNIIndonesia. Selain itu, masyarakat juga khawatir dengan kebocoran data yang membuat antrian di SPBU menjadi panjang sehingga tidak ramah terhadap masyarakat yang tidak paham teknologi.
Annisa (23 tahun ), pegawai swasta yang menggunakan sepeda motor harian, berpikir bahwa kebijakan ini akan sangat sulit baginya.
'Susah banget. Kalau sinyalnya jelek gimana? Kalau nggak punya smartphone? Ada jaminan data kita nggak akan terlindungi. Kebanyakan data yang masuk ke aplikasi sekarang genap. lebih mengerikan,” katanya kepada CNNIIndonesia. Jakarta. Selain merepotkan, dia juga menilai kebijakan ini tidak sejalan dengan aturan Pertamina yang melarang pelanggan menggunakan ponsel saat membeli bahan bakar.
' Menyedihkan. Pasti akan memperpanjang proses pembelian gas. Tidak boleh pakai handphone di SPBU. Kita dilarang menggunakan handphone saat mengisi bahan bakar, tapi kita harus menggunakan aplikasi MyPertamina. Saya tidak melihat logikanya,' ujarnya.
Online, Leo (29) juga mengatakan hal yang sama. Selain menilai kebijakan tersebut tidak tepat, ia juga menilai antrean pembeli bensin di SPBU akan semakin panjang.
'Sungguh merepotkan dan ribet. antreannya makin panjang,” ujarnya.
Demikian pula, Galih Gumelar (31) menilai kebijakan ini tidak memikirkan masyarakat yang tidak memiliki smartphone atau yang memilikinya. tidak ada yang biasa menggunakannya.
'Misalnya seperti mengangkut barang ke pasar. Mereka yang sebenarnya tidak membutuhkan smartphone, tetapi terpaksa membelinya untuk kebijakan ini,' kata Galih.
Meskipun menurutnya kebijakan ini baik untuk lebih menargetkan distribusi BBM bersubsidi, ia meragukan penerapannya di Indonesia.
'Saya setuju bahwa konsumsi BBM yang murah harus dikonsumsi oleh yang berhak. Niatnya baik, hanya saja memasangnya takut menimbulkan kekacauan. Misalnya, pelanggan yang tidak punya ponsel tapi berhak memilikinya. Jadi apa yang harus saya lakukan?” jelasnya.
Sependapat dengan Galih, Ah Mad Syam (31) juga menilai kebijakan ini adalah tidak menguntungkan bagi orang yang tidak memiliki smartphone atau orang tua yang tidak mengerti teknologi. sebagai pemancing yang membutuhkan tugas BBM seperti pertalite tapi sulit untuk di rekam. Ini yang perlu diperhatikan,” ujarnya kepada CNNIndonesia.
Belum ada Komentar untuk "Warga komplain beli Pertalite pakai aplikasi: ganggu!"
Posting Komentar